Lensa Maluku, – Kinerja Bank Maluku–Maluku
Utara (Bank Maluku–Malut) hingga akhir Oktober 2025 menunjukkan tren positif. Laba bank daerah kebanggaan masyarakat Maluku ini mencapai Rp200 miliar, naik sekitar 29 persen secara tahunan (year on year) dibanding periode yang sama tahun lalu.
“Kalau bicara data per akhir Oktober, laba kita sudah menembus Rp200 miliar. Ini meningkat cukup signifikan, sekitar 29 persen dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya,” ungkap Direktur Utama Bank Maluku–Malut, Syahrisal Imbar kepada media ini, usai RUPS Bank Maluku-Maluku Utara, di GIIA Maluku Hotel, Rabu (12/11/2025)
Menurutnya, capaian ini menjadi tonggak penting karena untuk pertama kalinya total aset Bank Maluku–Malut menembus angka Rp10 triliun, melampaui capaian tahun-tahun sebelumnya. Kinerja tersebut juga jauh di atas rata-rata pertumbuhan perbankan nasional, yang sebagian justru mengalami tekanan.
“Bahkan ada beberapa bank nasional yang laba bersihnya turun lebih dari 10 persen. Tapi kita justru tumbuh,” katanya.
Dari sisi struktur dana, Bank Maluku–Malut dinilai sangat efisien. Komposisi dana murah (giro dan tabungan) mencapai 62 persen, sehingga biaya dana (cost of fund) bisa ditekan. “Kita efisien karena lebih banyak dana murah, bukan deposito yang mahal. Itulah kenapa suku bunga kredit kita tetap kompetitif,” jelasnya yang didampingi Komisaris Ichwan.
Menariknya, Bank Maluku–Malut juga berencana menurunkan suku bunga kredit menjelang akhir tahun sebagai bagian dari program promo Natal dan Tahun Baru.
Secara kelembagaan, bank ini juga dinyatakan sehat oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak tahun 2022, dengan peringkat komposit 2, naik dari sebelumnya peringkat 3. “Belum ada bank nasional yang peringkat 1. Jadi posisi kita termasuk sangat baik,” ujarnya.
Kerjasama dengan Bank DKI
Terkait ketentuan modal inti minimum sebesar Rp3 triliun sesuai POJK Nomor 12 Tahun 2020, Bank Maluku–Malut saat ini memiliki modal sekitar Rp1,5 triliun. Kekurangannya dipenuhi melalui skema Kelompok Usaha Bank (KUB) bersama Bank DKI, yang menyuntikkan modal 7 persen atau sekitar Rp100 miliar.
“Dengan KUB ini, kita tidak perlu mengejar tambahan modal sampai Rp3 triliun. Kita sudah masuk konsolidasi dengan DKI, dan mendapat banyak manfaat seperti alih teknologi, penguatan digital, serta dukungan likuiditas,” jelasnya.
Dari sisi efisiensi, rasio BOPO (biaya operasional terhadap pendapatan operasional) berada di angka 72 persen, lebih rendah dibanding rata-rata nasional 80 persen dan turun dari posisi tahun lalu di 75 persen. Sementara return on asset (ROA) meningkat menjadi 2,89 persen, jauh di atas rata-rata nasional yang masih di bawah 1,5 persen.
“Artinya, Bank Maluku–Malut semakin efisien dan menguntungkan,” tegasnya.
Selain itu, manajemen juga tengah mempersiapkan pembangunan gedung baru Bank Maluku–Malut yang akan menjadi salah satu ikon kebanggaan di Kota Ambon. “Kalau disetujui, kita akan bangun gedung baru yang representatif, modern, dan mungkin akan jadi yang tertinggi di Maluku,” ungkapnya.
Ia pun menyampaikan apresiasi kepada Gubernur Maluku Hendrik dan jajaran pemerintah daerah atas dukungan terhadap kemajuan Bank Maluku–Malut. “Dukungan pemegang saham sangat penting. Kalau mereka tidak menguatkan bank daerah, akan sulit bersaing dengan bank-bank besar nasional,” katanya.
Menutup keterangannya, ia menyebut sinergi dan pengalaman para eksekutif dari berbagai bank nasional kini menjadi modal kuat bagi Bank Maluku–Malut untuk terus tumbuh sehat dan berdaya saing. (LM-05)









Discussion about this post