Lensa Maluku, — Balai Benih Induk (BBI) Hortikultura Dusun Telaga Kodok, Kecamatan Leihitu, pada hari ini menjadi saksi keberhasilan Panen Perdana Cabai Digital Farming dan Konvensional. Hasil luar biasa ini adalah buah dari Gerakan Tanam Serempak Cabai yang dicanangkan langsung oleh Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, pada 13 Agustus 2025 lalu.
Gerakan tanam serempak ini merupakan wujud nyata kolaborasi antara Pemerintah Provinsi Maluku, Bank Indonesia Perwakilan Maluku, serta unsur kelompok tani (Poktan) dan penyuluh pertanian. Panen perdana ini sekaligus membuktikan komitmen Gubernur Lewerissa dalam memimpin transformasi petani Maluku menuju sistem pertanian modern berbasis teknologi.
Kepala Dinas Pertanian Maluku, Ilham Tauda, menyampaikan rasa syukur atas hasil yang dicapai. “Gerakan tanam serempak yang dicanangkan Bapak Gubernur kini kita panen bersama. Ini bukti kerja kolaboratif yang terus kita kawal bersama, sebagai langkah nyata untuk mentransformasikan petani Maluku menuju sistem pertanian modern,” ujar Ilham.
Ilham menegaskan, sebagaimana arahan Gubernur Hendrik Lewerissa, kegiatan ini adalah langkah strategis untuk modernisasi. Kedepannya Dinas Pertanian akan mendorong replikasi model digital farming ini ke Tual, Masohi, dan wilayah penyangga lainnya, menjadikannya contoh bagi petani lain.
Keberhasilan program ini terbukti dari data yang disampaikan oleh Ketua Komunitas Smart Farming Maluku, Rasyid. Hasil panen menunjukkan peningkatan signifikan berkat adopsi digital farming yang telah dikembangkan sejak 2023.
Pada komoditas cabai, sistem digital farming menghasilkan 2,1 ton dari lahan 0,4 hektar (dengan 22-25 kali panen), yang merupakan peningkatan 34% dibandingkan sistem konvensional yang hanya menghasilkan 1,6 ton.
Tak hanya cabai, bawang merah pun mencatatkan hasil memuaskan. Metode digital farming menghasilkan 3,2 ton (0,4 hektar), atau melonjak 51% dibanding metode konvensional yang hanya mencapai 1,4 ton.
“Digital farming membantu kami memahami kebutuhan tanaman secara akurat, dari kelembapan tanah hingga dosis pupuk, dan hasilnya nyata. Produksi lebih tinggi, kualitas lebih baik,” jelas Rasyid.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku, Mohamad Latif, menilai panen kali ini sebagai bagian penting dari Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang dicanangkan pemerintah.
Latif menjelaskan bahwa pada Oktober lalu, inflasi volatile food Maluku mencapai 5,12 persen, dengan harga cabai rawit sempat melonjak hingga Rp100 ribu per kilogram, menempatkan Maluku sebagai salah satu “zona merah” inflasi nasional.
“Panen ini diharapkan dapat memperkuat pasokan cabai di pasar lokal, menekan harga, dan membantu menjaga kestabilan ekonomi masyarakat. Ini adalah komitmen kami mendukung ketahanan pangan berkelanjutan di Maluku,” tegas Latif.
Panen perdana ini merayakan sinergi antara pendekatan digital farming dan konvensional yang dikelola oleh Komunitas Smart Farming Maluku. Acara ditutup dengan pembagian doorprize alat penyemprot elektrik, sebagai simbol semangat inovasi yang terus didorong di bawah kepemimpinan Gubernur Hendrik Lewerissa. (LM-05)











Discussion about this post