Lensa Maluku, – Semangat produktivitas dan kemandirian terus tumbuh di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Wahai.
Kali ini, Warga Binaan berhasil melakukan panen sayuran buah pare dari lahan produktif Lapas, Kamis (20/11). Kegiatan ini merupakan bagian dari program pembinaan kemandirian untuk membekali Warga Binaan dengan keterampilan hidup.
Panen kali ini terbilang sukses, dengan hasil sebanyak 14 kilogram atau 38 buah pare segar, bahkan beberapa di antaranya berukuran jumbo. Hasil panen ini menjadi bukti nyata efektivitas program pertanian yang dirancang sebagai kurikulum praktik bagi Warga Binaan.
Sebagai bentuk dukungan Ketahanan Pangan Nasional atas Program Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto, Kepala Lapas (Kalapas) Wahai, Tersih Victor Noya menyampaikan kebanggaannya atas kerja keras dan antusiasme Warga Binaan dalam menjalankan program ini. “Program pertanian ini tidak hanya memberikan kegiatan positif bagi Warga Binaan, tetapi juga wujud kontribusi nyata Lapas dalam mendukung program ketahanan pangan nasional, sesuai arahan Pimpinan,” ujarnya.
Lebih lanjut Tersih mengatakan budidaya pare ini melibatkan proses yang diawasi langsung oleh Petugas Pembinaan, mulai dari pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, hingga pemeliharaan rutin. “Lebih dari sekadar panen, kegiatan ini bertujuan memberikan bekal keterampilan yang mumpuni bagi Warga Binaan saat mereka kembali ke masyarakat nanti,” jelas Kalapas.
Senada, Staf Subseksi Pembinaan, Rahmatsyah Latief Ode, yang turut melakukan panen mengatakan kegiatan panen adalah output dari hasil pembinaan. “Kami berharap keterampilan bertani ini dapat menumbuhkan kedisiplinan dan kemandirian pada Warga Binaan, sebagai bekal untuk hidup baru yang lebih baik”, tambah Rahmat.
Salah satu Warga Binaan, ‘SD’ mengungkapkan rasa syukur dan kegembiraannya. “Rasanya senang sekali. Ini bukti kalau kami juga bisa produktif, meski di balik jeruji,” ujar SD. Pun juga disampaikan Warga Binaan lainnya ‘WK’. “Kegiatan bertani ini menjadi sarana efektif untuk mengusir kejenuhan kami selama menjalani masa hukuman dan memberikan motivasi baru untuk menjadi bekal masa depan kami,” ucap WK.
Keterampilan bertani diharapkan dapat menjadi modal usaha mandiri setelah bebas, sehingga dapat mengurangi potensi residivisme dan membantu mereka memulai hidup baru yang lebih produktif.
Hasil panen pare segar ini rencananya akan digunakan untuk konsumsi harian Warga Binaan di Lapas Wahai dan sebagian dapat didistribusikan ke pasar lokal guna memberikan manfaat ekonomi langsung dari usaha mereka. Program ini menunjukkan bahwa dibalik keterbatasan, produktivitas tanpa batas tetap dapat diwujudkan.(LM-05)











Discussion about this post