Lensa Maluku, – Di balik ruang rapat yang formal, sering kali tersembunyi suara hati yang tulus. Pada Rabu pagi 9 Juli itu, di Kantor Gubernur Maluku, suara itu terdengar jernih dari seorang kepala daerah yang memahami denyut nadi rakyatnya.
Bupati Buru, Ikram Umasugi, menyampaikan kepada wartawan sebuah usulan yang lahir bukan dari kepentingan sesaat, tapi dari kepedulian yang dalam: perlunya penambahan koperasi di kawasan Gunung Botak.
Usulan itu hadir untuk menjawab kegelisahan. Selama ini, sebagian masyarakat merasa tidak terakomodir dalam skema pengelolaan tambang yang begitu strategis.
Mereka merasa ada tembok tak kasatmata yang membatasi akses, peluang, dan rasa memiliki. Dan di sinilah suara seorang pemimpin terdengar berbeda — bukan menggema dari kekuasaan, tapi memancar dari kasih dan tanggung jawab.
“Penambahan koperasi ini penting untuk membuka ruang yang lebih luas, agar semua masyarakat Buru bisa merasa terlibat dan diakui. Saya tidak ingin ada yang merasa ditinggalkan,” ungkap Ikram Umasugi dengan nada teduh namun tegas kepada para wartawan.
Gunung Botak bukan hanya soal emas, tetapi juga tentang keadilan, tentang bagaimana tambang bisa menjadi berkat, bukan sumber perpecahan. Dan dalam usulannya, Bupati Buru mencoba menjahit kembali tenun kebersamaan itu dengan benang yang bernama koperasi – agar setiap anak negeri punya tempat, dan tak satu pun tertinggal.
Inilah bentuk kasih dari seorang pemimpin yang merawat keadilan di tengah riuhnya kepentingan. Sebuah langkah kecil yang bisa menjadi gerakan besar, demi Buru yang inklusif, adil, dan damai.(LM-04)
Discussion about this post