Lensa Maluku,- Abdul Rasyid Amir, penambang asal Halmahera Timur, Propinsi Maluku Utara dilaporkan menderita luka-luka setelah dianiaya Tino, sesama penambang di Gunung Botak, Kabupaten Buru.
Insiden itu memicu ketegangan antar sesama penambang Gunung Botak, karena dilaporkan ada sejumlah fasilitas milik penambang asal Maluku Utara yang dirusak, diduga dilakukan penambang lokal asal Buru Selatan.
Sampai berita ini dikirim, Minggu sore (13/10/2024), belum ada konfirmasi resmi dari pihak Polres Buru. Dikonfirmasi lewat WA Group milik Polres, sampai berita ini dikirim belum ada balasan atas konfirmasi tersebut.
Selanjutnya, informasi yang berhasil dihimpun media ini lebih jauh menyebutkan , keributan antar sesama penambang di tambang ilegal Gunung Botak (GB) itu berawal dari pesta minuman keras (miras) di satu Cafe Mawar milik satu oknum purnawirawan di Jalur D, Desa Persiapan Wamsaid, Kec.Waelata, Kab.Buru pada pukul 02.00, Jumat dini hari (11/10/2024).
Waktu itu terlihat dua kelompok penambang asal Maluku Utara yang selalu disapa penambang asal ‘Ternate’ sedang menenggak miras bersama sekelompok penambang asal Buru Selatan.
Mungkin karena telah dipengaruhi miras, terjadi perkelahian dan Abdul Rasyid Amir dianiaya oleh seseorang bernama Tino.
Akibat penganiayaan berat itu, korban sempat dilarikan ke rumah sakit dengan menderita luka di bagian kepala, telinga dan badan karena hantaman kayu dan batu.
Insiden di Cafe Mawar itu berbuntut panjang dengan tersiar khabar, kalau terjadi bentrok antara sesama penambang asal ‘Ternate’ dengan penambang lokal.
Kemudian pada siang hari, terjadi aksi saling baku lempar di jalan-jalan dalam desa .
Masalah terus meluas dua hari terakhir ini, saat ada sejumlah fasilitas milik warga asal Maluku Utara yang berada di Jalur C turut dirusak, yakni rumah milik penambang AM dan rumah milik tukang ojek di GB, bernama Gode.
Sampai berita ini dikirim, Kodim 1506/Namlea yang selama ini menempati pos-pos pengamanan di kawasan GB dikabarkan telah menambah kekuatan pasukan di sana.
Pihak kepolisian juga telah turun tangan, guna mencegah meluasnya bentrokan antara sesama penambang di kawasan tambang ilegal GB.
Melalui bukti video di Facebook milik salah satu tim sukses MANDAT , yang diambil sebelum terjadi insiden, terlihat tambang ilegal Gunung Botak beraktifitas normal.
Pemandangan ini sangat kontras dengan penutupan paksa tambang ilegal GB Bulan Juni lalu.
Sampai kini, tidak ada tindakan lanjutan dari pihak yang berwenang, sehingga ribuan penambang kembali menjejali kawasan tambang ilegal itu.
Tokoh masyarakat Petuanan Kaiely, Ibrahim Wael sangat prihatin dengan tindak kekerasan yang sering terjadi akhir-akhir di seputaran GB.
Ia mengaku, pernah mengirimkan pesan WA kepada pihak yang berkompeten perihal masalah di sana, mulai dari penjualan miras tidak berizin yang beredar luas dan tempat hiburan malam tidak berizin yang semakin merajalela dan selalu dipadati pengunjung, terutama oleh para penambang, sehingga sering terjadi cek-cok mulut hingga berujung perkelahian.
KERACUNAN CN
Sementara itu dari RSUD Namlea, Minggu siang ini, dilaporkan ada satu penambang dibawa ke UGD dalam keadaan pingsan, diduga akibat keracunan asam cianida (CN).
Penambang yang belum diketahui identitasnya itu, tergolek di ranjang pasien UGD dan telah mendapat pertolongan pertama dari pihak rumah sakit.
Ada tiga rekan korban yang mengaku sebagai keluarga, terus menemaninya di ruang UGD.
Salah seorang petugas di ruang UGD menyebutkan kalau korban dibawa dalam keadaan pingsan. Setelah diperiksa intensif, disimpulkan kalau korban intoksikasi CN (keracunan CN).
Namun saat satu rekan wartawan televisi hendak mengambil nama pasein itu, datang satu oknum bidan bernama Emi yang marah-marah dan mengeluarkan beberapa kalimat yang kurang sedap.
Sementara beberapa orang yang mengaku keluarga , beralibi kalau korban bukan keracunan melainkan hanya menderita sakit maag.(LM-04)
Discussion about this post