Lensa Maluku,- Cabup BASIS, Abdul Aziz Hentihu punya tekad membara untuk membangun BAILEO ADAT yang megah di Namlea, Ibukota Kabupaten Buru.
Tekadnya yang membara itu kembali disampaikan Cabup BASIS, Abdul Aziz Hentihu ketika menghadiri pengukuhan pemangku adat Para Kepala Soa di Desa Widit, Kecamatan Waelata, Kabupaten Buru, Sabtu (2/11/2024).
Tekadnya yang membara itu telah direstui para leluhur dengan tanda-tanda saat ia datangi beberapa desa adat, sambil mensosialisasi gagasan membangun BAILEO ADAT itu, matahari yang tadinya panas terik, tiba-tiba saja dipayungi awan gelap dan tiba-tiba turun hujan.
Hujannya tidak berlangsung lama dan hanya sesaat . Kemudian cuaca kembali terang .”Ini pertanda baik ,”singkat Aziz menanggapi perobahan cuaca yang mendadak itu.
Sebagai anak adat dan juga Jou Leisela, Aziz akan tampil beda dengan para bupati terdahulu.
Dan Namlea sebagai ibukota kabupaten , wajib dibangun BAILEO ADAT yang megah dan bagus.
Untuk itu, Aziz akan mengumpulkan Jou Petuanan Tagalisa, Jou Petuanan Liliyali, dan Jou Petuanan Kayeli bersama seluruh pemangku adat guna membahas model bangunan BAILEO ADAT tersebut.
Walau diakui sudah punya gambarannya, Aziz merasa perlu melibatkan empat petuanan.
“Katong duduk menentukan model yang cocok dengan filosofi adat, makna-makna adat .Katong libatkan semua,”yakinkan Aziz.
Bangunan BAILEO ADAT itu akan dibangun berkonstruksi dua lantai.Lantai atas untuk sidang adat empat petuanan di Kabupaten Buru.
Kemudian lantai dasar untuk kantor empat petuanan. Kemudian ada juga museum adat.
Kata Aziz, kalau tanah milik Pemkab Buru masih banyak dan bisa dimanfaatkan salah satu bidang tanah untuk membangun BAILEO ADAT.
“Supaya tamu datang, ada kegiatan adat, Katong tau punya pusat kegiatan di mana.Tamu datang, tamu lihat ini kabupaten yang kental dengan nilai-nilai adat yang penuh dengan pesan kebaikan, pesan ke Indonesiaan, pesan kemajemukan kebhinekaan,”tutur Aziz.
Tegasnya lagi , kalau adat di tanah Bupolo ini tidak lepas dengan adab, dan sopan santun . Simbol-simbol itu akan terus dilestarikan.
“Nilai nilai ini yang mesti kita jaga. Masa beta sebagai bupati, dan beta juga Jou Leisela tidak bisa bikin sesuatu yang bagus buat adat,”tegas Aziz.
Aziz inginkan, nanti saatnya ia menjadi bupati, pengabdiannya itu harus ada jejak-jejak kebaikan buat anak cucu.
Bisa menjadi contoh yang nanti akan dilanjutkan en pemimpin pemimpin yang akan datang.
Dalam kesempatan itu, Aziz sempat menyampaikan visi dan .isi BASIS , Memajukan Bupolo, Menata Kota dan Membangun Desa.
Ia lalu menyebut beberapa misi dan program yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan warga di pedesaan, baik di bidang infrastruktur ke-PU-an, bidang kesehatan, pendidikan, pertanian dan perkebunan, serta pemberdayaan.
Terkait dengan program penambahan Alokasi Dana Desa 120 juta per desa, Aziz akui kalau alokasi ADD yang ada sudah kurang memadai untuk menalangi berbagai kebutuhan di setiap desa.
Ia sempat menanyakan tunjangan buat tokoh adat di pedesaan yang ternyata masih sangat kecil dan dijawab oleh salah satu kepala Soa hanya satu juta lima puluh ribu per satu triwulan (tiga bulan).
Mendapatkan jawaban itu, spontanitas Aziz berujar kalau tunjangan para kepala Soa itu sangat kecil sekali.
“Beta menginginkan, pemangku adat minimal setiap bulan satu juta per orang,”tegas Aziz.
Aziz mengaku, buat apa ia selaku Jou Leisela lalu menjadi bupati tidak bisa bikin senang para pemangku adat di empat Petuanan.
“Beta malu.Beta sangat malu,
Beta mesti melakukan sesuatu yang menandakan bahwa beta sebagai Jou Leisela beda dengan bupati – bupati sebelumnya,”katanya yakin.
Aziz lalu bertanya kepada masyarakat dan para kepala soa atas gagasan BASIS menaikksn intensif para pemangku adat dan dengan lantang dijawab setuju.
Aziz tidak mau punya pemangku adat di empat Petuanan yang dipimpin masing-masing Jou , hanya sibuk ketika ada tamu datang , mereka yang jemput
Kemudian ada kegiatan adat, ada masalah masalah, dan para pemangku adat ini selalu dibuat cape , tetapi insentifnya kecil.
“Ini menjadi salah satu misi beta untuk meningkatkan pendapatan insentif bagi pemangku pemangku adat,”kata Aziz.
Sementara itu, saat ketemu warga di Desa Waekasar, Aziz memotivasi petani di sana agar tetap bergelut di bidang pertanian padi sawah.
Kelak akan ada usaha intensifikasi dengan disediakannya pupuk murah bagi petani serta sarana produksi lainnya seperti bibit unggul dan alat mesin pertanian.
Mencontohi usaha pertanian padi sawah di pulau Jawa, Aziz berharap nantinya ada unit pelayanan jasa alat mesin pertanian (alsintan) untuk menghandle para petani di Waeapo dan biaya sewa juga bisa ditekan agar lebih murah.(LM-04)
Discussion about this post