Lensa Maluku – Tangis haru Widya Murad Ismail tak tertahan, ketika dua puluhan anak sekolah dasar Piliana menyanyikan lagu selamat datang.
Gesekan batu dari jemari kecil anak-anak lelaki, dan ketukan bambu seorang ibu guru, membentuk irama sederhana. Wajah-wajah polos ditambah suara tulus anak-anak itu, membuat isak Widya pecah. Suasana haru seketika merebak.
Kehadiran Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Maluku itu di Desa Piliana, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, bukan tanpa alasan. Ia hadir sebagai Duta Parenting untuk memerangi stunting yang juga menyerang anak-anak di desa yang berada di kaki gunung Binaya itu.
Fenomena stunting masih banyak ditemui di beberapa wilayah di Kepulauan Maluku, tak terkecuali di Piliana, negeri kecil yang masuk dalam enklave Taman Nasional Manusela. Piliana berada di ketinggian 1.280 mdpl. Karena itu masyarakat setempat menjulukinya “Negeri di Atas Awan” karena hampir setiap hari, kawasan ini disambangi awan-awan tebal.
Komitmen Widya untuk perangi stunting terus digencarkan. Sepulangnya dari Kepulauan Aru, istri Gubernur Maluku ini kembali turun ke locus (tempat) kasus stunting di Pulau Seram. Kali ini, desa Piliana di kaki Gunung Binaya, menjadi tempatnya datang. Binaya adalah gunung tertinggi di Kepulauan Maluku dengan tinggi 3.027 mdpl.
Negeri yang terletak di perbukitan karst Pulau Seram ini adalah desa terpencil di atas bukit. Tadinya untuk mencapai Piliana butuh berjalan kaki menyusuri jalur setapak berbukit dengan medan berupa batuan karst dan sungai-sungai kecil, dengan waktu tempuh sekitar tiga hingga empat jam dari desa Yaputih. Namun sudah tujuh tahun, pemerintah setempat telah membuka akses ke desa ini dengan membangun jalan raya.
Panjang ruas jalan raya dari pantai selatan Seram sepanjang 7 kilometer, menuju arah pegunungan untuk mencapai Piliana. Jalan terjal dan berkelok, hampir separuhnya masih dalam tahapan perbaikan aspal, membuat pengendara mobil perlu ekstra hati-hati.
Setiba di Piliana, Widya disambut tarian cakalele. Tarian perang, khas Maluku. Selepas itu, dua puluhan siswa sekolah dasar dengan pakaian cele (baju tradisional Maluku) menyambutnya dengan menyanyikan lagu selamat datang. Saat Widya tak kuasa menahan air mata, sontak warga dan sebagian rombongan ikut menangis. Syair lagu dari nyanyian anak-anak itu seakan memberikan pesan mendalam, tentang kerinduan dan harapan mereka. Suasana menjadi syahdu dan haru.
“Saya bisa hadir disini, bukan suatu kebetulan. Ini sudah menjadi kehendak Tuhan, saya bisa sampai di Piliana,” ucap Widya saat diberikan kesempatan menyampaikan sambutannya di balai desa, Selasa (19/11).
Setelah menempuh perjalanan dari Ambon menyeberangi lautan, dilanjutkan perjalanan darat dan terakhir melalui medan menanjak sampai ke Piliana, Widya mengaku haru ketika disambut anak-anak negeri itu.
“Ketika anak-anak bernyanyi dan mengatakan terima kasih mama sudah mangente (menengok) katong (kami), saya merasa sedih. Iya, ini tanggungjawab saya sebaga mama (ibu) mereka untuk datang kemari. Saya sangat bersyukur bisa sampai disini,” ungkapnya.
Widya mengatakan, di Maluku Tengah ada sepuluh desa yang tercatat sebagai locus, ditemukannya kasus stunting. Semenjak didaulat menjadi Duta Parenting Provinsi Maluku, sudah tiga kabupaten disambanginya.
“Tadinya, saat mau menentukan desa mana yang akan saya kunjungi di Maluku Tengah, dari sepuluh desa ini, hati saya selalu ingin datang ke Piliana. Padahal, ibu Kepala Dinas Kesehatan sudah mengingatkan saya, bu Piliana itu jauh. Tetapi kenapa, hati saya mau saja ke Piliana. Saya kira ini pasti karena kehendak Tuhan, kenapa saya harus ke Piliana,” katanya mantap.
Persoalan stunting di Indonesia, termasuk Maluku, masih terus jadi sorotan. Stunting atau kurang gizi kronis ini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, serta menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur pendek saat dewasa.
Pemilihan makanan dan pola konsumsi yang kurang pas dalam waktu cukup lama menjadi biangnya, sehingga asupan gizi tak terpenuhi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru tampak saat anak berusia dua tahun. Kemampuan kognitif penderita berkurang, yang mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia.
“Saya ingin saudara-saudara mulai saat ini lebih memperhatikan sanitasi dan kebersihan lingkungan, makanan bergizi untuk anak-anak kita, dan bagi ibu hamil harus terus mencek kandugannya secara rutin di puskesmas,” ajaknya.
Raja Negeri Piliana, Agustinus Ilelapotoa, mengaku sangat berterima kasih atas kunjungan Widya di negerinya. “Kami tidak sangka, ibu mau ke desa kami, dimana kondisi masyarakat kami masih sangat sederhana,” ungkapnya.
Agustinus mengatakan, dari sepuluh negeri yang berada di wilayah administratif Kecamatan Tehoru, hanya Piliana yang berada di atas pegunungan. Piliana merupakan perkampungan yang berbatasan langsung dengan Kawasan Taman Nasional Manusela, dan menjadi pintu masuk pendakian Gunung Binaya, dari arah selatan.
Terkait kasus stunting, sejak tahun 2017, di desa berpenduduk 192 keluarga dan 662 jiwa itu, ditemukan 10 kasus stunting di Piliana. “Saat ini, tahun 2019, tinggal 3 kasus stunting. Kami akan berusaha agar kedepan tidak ada lagi anak-anak kami yang menderita stunting,” tandasnya.
Ia optimis, sebab sejak gerakan perangi stunting digencarkan, setiap bulan posyandu di Piliana rutin melaksanakan kegiatan, diantaranya imunisasi, pemeriksaan ibu hamil, dan timbang berat badan anak bayi dan balita.
“Setiap minggu, oleh Kader Posyandu Desa Piliana juga selalu memberikan makanan tambahan untuk anak-anak di desa kami,” lanjutnya.
Dukungan itu pun diberikan pemerintah desa melalui alokasi dana desa 2019 yang fokus pada masalah kesehatan, termasuk pemberantasan stunting. “Doa dan harapan kami, semoga kunjungan Ibu ke desa kami ini membawa perubahan buat kami di Piliana, terkhususnya di bidang kesehatan,” harap Agustinus.
Pada kesempatan itu, Widya juga mengunjungi posyandu dan puskesmas setempat. Kepada masyarakat, dia menyerahkan sejumlah bantuan berupa paket untuk ibu hamil, paket bantuan ibu pasca melahirkan, paket bantuan bayi baru lahir, pemberian makanan tambahan (PMT) balita, PMT ibu hamil kategori kurang energi kronis (KEK).
Setelah dari Piliana, Widya pun bertolak menuju Desa Moso di Kecamatan Tehoru. Widya disambut meriah oleh warga Moso. Setelah dikalungi bunga, Widya disambut Muspika Tehoru, aparatur desa dan saniri setempat, serta tari-tarian. Sepanjang jalan sekitar 150 meter, anak-anak berpakaian sekolah dasar membentuk pagar hidup dengan memegang bendera merah-putih di tangan.
Di Moso, Widya juga mengajak masyarakat setempat memperhatikan asupan gizi buat anak-anaknya, serta menjaga sanitasi dan kebersihan lingkungan. “Saya harap, masyatakat Moso juga bersatu untuk perangi stunting,” imbuhnya. Ia pun memberikan bantuan yang sama kepada masyarakat Moso.
Sebelum ke Piliana dan Moso, Widya awalnya menyempatkan diri meninjau kawasan rumah pangan lestari di Desa Makariki, Kecamatan Amahai, sekaligus melakukan panen perdana bersama kelompok tani binaan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Maluku di Makariki. (humasmaluku)
Discussion about this post