Pelaksanaan musyawarah Daerah ke XIII Muhammadiyah Kabupaten Buru Selatan (Bursel) yang diselengarakan pada 20-21 Mei dengan tema
’’Memajukan Buru Selatan, Mencerahkan Maluku’’ sebagai spirit Muhammadiyah dalam melepori gerakan Islam yang berkemajuan dan mencerahkan. Konsep memajukan Ambon, mencerahkan Maluku memiliki semangat yang sama dengan ungkapan
‘’Memajukan kesejaterahan umum’’ yang mengadung nilai kebaikan, keadilan, kemakmuran, dan keberadaban. Berkemajuan mengadung arti proses dan sekaligus tujuan yang bersifat ideal untuk mencapai kondisi unggul di semua bidang kehidupan material dan spiritual. Berkemajuan mengisyaratkan adanya keberlangsungan, dan bahkan progress, sebagai perwujudan dari usaha terus menerus untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang bermakna atau dalam bahasa arab dapat dinamakan dengan at-tajdid al-jaari.
Muhammadiyah terus membingkai teologi berkemajuan, sebuah teologi yang selalu berorentasi ke masa depan sebagai cita-cita ideal, maka pemikir Barat William Shepard (2004) mengkategorikan Muhammadiyah sebagai kelompok ‘’Islamic Modernism’’ yang lebih terfokus bergerak membangun ‘’Islamic society’’ (masyarakat Islam) dari pada peratihan terhadap ‘’ Islamic state’’ (negara Islam); yang fokus gerakannya pada bidang pendidikan, kesejaterhaan sosial, serta tidak menjadi organisasi politik.
Sebagai persyarikatan dan organisasi gerakan Islam, Muhammadiyah di Ambon memiliki riwayat yang panjang dalam sejarah kebangkitan Indonesia di Maluku sebelum dan setelah kemerdekaan. Muhammadiyah adalah organisasi sosial keagamaan pertama di Ambon yang telah memasuki usia 93 tahun semenjak berada di Ambon pada tahun 1930 yang berhasil melampui setengah abad di Maluku, dengan deretan panjang prestasi gemilang diberbagai bidang sosial, ekonomi, pendidikan dan politik yang mencerahkan yang berorientasi pada kepentingan publik dan kemaslahatan umum (al-mashlahah al-ammah). Sebagai gerakan Islam yang tangguh, Muhammadiyah di Ambon mampu bertahan lintas zaman dengan peran dan kontribusinya yang tidak terhingga bagi bangsa dan Negara, lebih dari semua itu, Muhammadiyah terus bergerak dinamis karena motor utamanya adalah kaum intelektual yang berpikiran modern.
Dengan usia yang sangat tua, bahkan lebih tua dibandingkan usia Republik Indonesia di Maluku., Muhammadiyah telah membuktikan diri mampu beradaptasi dengan dinamika perubahan zaman di Maluku, bisa menjawab semua tantangan kehidupan yang terus berubah, dan menujukan daya tahan yang sungguh menajubkan. Suda sangat lazim organisasi sosial kemasyarakatan ini mengalami pasang surut dan pasang naik dalam perjalanan sejarahnya di Maluku, namun Muhammadiyah menujukan kemampuan bertahan yang luar biasa, sangat konstan, dengan tetap menjaga konsistensi perjuangan dalam menegakkan nilai-nilai keislaman melalui kegiatan dakwah dan syiar Islam, serta tetap setia dalam mengusung cita-cita perjuangan bangsa untuk memajukan Ambon, mencerahkan Maluku yang modern, maju dan bermartabat. Karena itulah, berangkat dari Ambon yang merupakan wilayah yang dulu pernah terjadi konflik kemanusian. Ambon yang merupakan bagian dari Indonesia timur yang sering di nomor duakan dalam pembangunan, Ambon yang menjadi identitas Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan, Muhammadiyah dalam Tanwier 2017 ini mengajukan beberapa rekomendasi yang di beri nama’’ Resolusi Ambon tentang penguataan kedaulatan dan keadilan sosial’’. Tanwir Muhammadiyah di Ambon, akhirnya menghasilkan lima resolusi Ambon, yang merupakan penguataan kedaulatan dan keadilan sosial.
Spirit Muhammadiyah dalam memajukan Ambon dan mencerahkan Maluku adalah dengan spirit Islam berkemajuan mengadung arti Islam yang dapat menjadi maju, ingin menjadi maju sebagai cita-cita, menuju gerakan, bergerak, menuju cita-cita yang mencerahkan. Dalam pandangan Muhammadiyah, Islam itu sendiri sebenarnya adalah agama kemajuan yang diturungkan untuk mewujudkan kehidupan manusia yang tercerahkan dan terbangunnya peradaban manusia yang berkemajuan. Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama, yang melahirkan keungulan hidup lahiriyah dan ruhaniah. Konsep gerakan berkemajuan dapat dijumpai pada filosofi muslim ternama Alfarabi dengan gagasanya Al-Madinah Al-Fadilah (Negara utama) adalah Negara berkemakmuran dan berkeadaban dan yang sejaterah dengan berasaskan ilmu pengetahuan.
Memajukan Ambon, Mencerahkan Maluku sebenarnya suda digerakkan pada tahun 1930 yang dipelopori tokoh-tokoh pendiri Muhammadiyah Ambon saat itu Abdul Kadir Kimkoa, Muhammad Abu Kasim (Abdullah Lie), Hamid Bin Hamid, Abdul Syukur, Saleh Kastor, Raden Saparwi, Abdurrahman Didin, Auw Yong Koan dalam memainkan peran pentingya memajukan Ambon dengan konsep gerakan teologi Islam yang berkemajuan. Sebagai tokoh pergerakan Muhammadiyah di Ambon, Hamid Bin Hamid, Muhammad Abu Kasim (Abdullah Lie) dan Abdul Syukur mereka adalah tokoh pergerakan ekonomi atau pengusaha ternama Ambon 1930, tokoh pergerakan pendidikan PERMI 1936-1970, tokoh pergerakan politik Islam nasionalis dari partai Indonesia Merdeka (PIM) dan partai Masyumi di Ambon 1946, yang memperjuangkan tegaknya kemerdekaan Indonesia hasil proklamasi 1945, dan menyumbangkan pikiran yang mencerahkan dan memajukan Maluku dalam berbagai aspek kehidupan sosial kemasyarakatan dan kebangsaan.
Penegasan pemikiran Islam berkemajuan bukan saja di gerakan tokoh Muhammadiyah diatas sebagai aktualisasi dari perluasan pandangan keagamaan melalui dakwah dan tajdid sebagai proyeksi masa depan, akan tetapi penegasan pemikiran Islam berkemajuan dapat diproyeksikan oleh tokoh Muhammadiyah lainnya di Maluku Ali Fauzi, Muhammad Badjoeri, Muhammad Pattisahusiwa, Muhammad Amien Ely, adalah Anggota DPRS kota Ambon dari Partai Masyumi, Abdul Enco Borut Anggota DPRS Maluku Tenggara dari Partai Masyumi, tokoh pergerakan Muhammadiyah dikepulaun Kei tahun 1950, sebagai tokoh pembentukan kabupaten Maluku Tenggara tahun 1952, Abdullah Solissa Bupati Maluku Tenggah pertama adalah tokoh pergerakan Muhammadiyah Ambon sejak tahun 1948, M Lestaluhu Rektor Universitas Pattimura Ambon menjadi pimpinan Muhammadiyah Maluku pada 1950-1970. Peran Muhammadiyah dan para tokohnya dalam mengembang Islam berkemajuan berlanjut dalam kiprah sosial kemasyarakatan dan kebangsaan di Maluku untuk mewujudkan kepentingan masyarakat yang tercerahkan.
Dalam perspektif Islam, berkemajuan dalam konteks berbangsa dan bernegara, Muhammadiyah terus mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. Muhammadiyah akan terus memberikan sumbangan besar dalam upaya mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa serta mengembangkan moral politik Islam yang berwawasan kebangsaan dan keindonesiaan. Berkemajuan dalam perspektif politik dalam bingkai demokrasi yang dijiwai oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan berdasarkan hukum yang berkeadilan, dan menjujung tinggi nilai-nilai keberadaban. Demokrasi yang dijiwai oleh kebijaksanaan adalah demokrasi yang tertumpu pada pengetahuan tentang tujuan dan realitas kehidupan masyarakat yang beragam.
Gagasan Islam berkemajuan, tentu tidak bisa dipisahkan dengan konsep Memajukan Ambon, Mencerahkan Maluku sebagai spirit gerakan Islam yang tidak hadir diruang yang kosong, ia hadir berkontribusi besar pada kemajuan masyarakat. Karena itu, gagasan memajukan Ambon, Memajukan Maluku memiliki tiga dimensi utama, pertama, berkemajuan dalam semangat alam pikir, perilaku dan senantiasa berorentasi ke masa depan, Kedua, berkemajuan untuk mewujudkan kondisi yang lebih baik dalam kehidupan material dan spiritual, Ketiga, berkemajuan menjadi unggul diberbagai bidang dalam pergaulan bermasyarakat. Oleh karena itu, Musyawarah Daerah Muhammadiyah ke XIII di Ambon pada 17-18 Mei 2023 adalah bermaksud terkonsolidasinya seluruh potensi dan kepemimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah di kota Ambon dalam memilih pimpinan dan akselerasi program praksis menuju keunggulan kerja organisasi, merumuskannya pemikiran Muhammadiyah-Aisyiyah dalam peran-peran srategis sebagai perwujudan fungsi dakwah dan tajdid Muhammadiyah dalam kehidupan kebangsaan untuk keadilan dalam kedaulatan NKRI. Untuk itu Muhammadiyah sangat tegas untuk berkomitmen dalam berkiprah menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan secara dinamis. Dalam konteks ini cita-cita masyarakat yang berkemajuan adalah sebuah keniscayaan demi terwujudnya tatanan masyarakat yang merdeka, adil, makmur, damai, berkemanusian, bermartabat dan berdaulat.
Discussion about this post