Lensa Maluku, – Suasana religius kental terasa di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Wahai setiap hari Jumat. Puluhan Warga Binaan dari dua keyakinan berbeda, Islam dan Kristen, secara bersamaan menjalankan ibadah sesuai ajaran agamanya masing-masing di lokasi terpisah namun dalam satu kompleks Lapas, Jumat (21/11).
Bagi warga binaan beragama Islam, area Masjid At-Taubah Lapas menjadi pusat kegiatan. Sejak pagi jelang siang para jemaah telah bersiap untuk mengikuti rangkaian Shalat Jumat berjamaah, lengkap dengan khotbah yang disampaikan oleh Pengurus Majelis Taklim Lapas. Khotbah kali ini mengangkat tema pentingnya introspeksi diri dan menjauhi perbuatan tercela, yang sangat relevan dengan proses pembinaan di Lapas.
Di sisi lain, warga binaan beragama Kristen juga berkumpul dengan khidmat di Gereja Ebenhaezer Lapas yang berada di dalam area Lapas. Ibadah Jumat kali ini dilakukan secara online oleh bersama Yayasan Pendidikan Warga Binaan ‘Cahaya Kasih’ yang telah bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Suasana penuh kekeluargaan dan damai menyelimuti jalannya ibadah, dengan fokus pada penguatan iman dan harapan baru bagi para jemaat.
Kepala Lapas Wahai menyampaikan bahwa penyediaan fasilitas dan pembinaan rohani yang rutin ini merupakan bagian integral dari program pembinaan kepribadian. “Tujuannya bukan sekadar teori, tapi bekal hidup bagi warga binaan agar mereka dapat menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan kelak kembali menjadi anggota masyarakat yang lebih baik,” ujarnya.
Salah satu warga binaan Islam, HB, mengaku ibadah Jumat layaknya seperti diluar tembok Lapas yang berjalan khidmat. “Walaupun kami berada didalam namun suasana ibadah tetap berjalan baik dan lancar seperti biasanya,” tutur HB.
Senada, YK, salah satu warga binaan Kristen juga mengaku hari Jumat yang kental dengan rutinitas ibadah agama Islam berjalan juga dengan lancar saat ibadah virtual bagi warga binaan kristiani. “Kehidupan didalam Lapas sangat toleran karena pembinaan berjalan sangat baik bagi kedua komunitas,” ungkap YK.
Kegiatan ibadah yang berlangsung tertib dan lancar di bawah pengawasan petugas keamanan ini menjadi cerminan nyata dari toleransi dan kerukunan beragama yang terpelihara dengan baik di lingkungan Lapas Wahai, serta membuktikan bahwa semangat spiritual dapat tumbuh subur di balik keterbatasan.
Hal ini sejalan dengan salah satu program Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto yang menekankan penguatan penyelarasan kehidupan yang harmonis serta peningkatan toleransi antar umat beragama.(LM-05)








Discussion about this post