Lensa Maluku,- Pada 31 Oktober 2019 Ambon dinobatkan oleh UNESCO selaku badan PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan sebagai City of Music atau Kota Musik Dunia.
Kota lain di dunia yang menyandang status sama yakni Havana di Kuba, Leiria di Portugal, Lliria di Spanyol, Metz di Prancis, Sanandaj di Iran, Santo Domingo di Dominika, Valledupar di Kolombia, Valparaíso di Chile, Veszprém di Hongaria, dan Vranje di Serbia.
Wajarlah bila Ambon mendapat gelar tersebut karena musik sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam keseharian warga.
Ambon adalah salah satu penyuplai penyanyi dan musikus beken di Tanah Air atau setidaknya mereka berdarah Ambon. Sebut saja Ruth Sahanaya, Andre Hehanusa, Melly Goeslaw. Lalu ada Marcello Tahitoe atau Ello, Harvey Malaihollo, Broery Marantika, Utha Likumahuwa, Bob Tutupoly, hingga Glenn Fredly Latuihamallo.
Bahkan penyanyi terkenal dunia Daniel Sahuleka dengan lagu yang terkenal Don’t Sleep Away This Night dan You Make My World So Colourful juga berdarah Ambon.
Para penyanyi dari dan berdarah ambon Ambon dan Maluku berkontribusi besar dalam pengembangan musik di Tanah Air dengan melahirkan musikus legendaris hingga berkelas diva.
Tak hanya penyanyi dewasa, sejumlah penyanyi cilik asal Maluku saat ini namanya juga melejit karena kemampuan vokal yang memukau seperti Gihon Marel Liomalitnya yang tengah naik daun.
Ditetapkannya Ambon sebagai kota musik, salah satunya tak bisa dilepaskan dari sosok Glenn Fredly yang ikut menggagas hadirnya konferensi musik pertama di Indonesia.
Orang Ambon memiliki DNA musik secara lahiriah dengan suara yang merdu dan khas. Tiap hari kerap dijumpai konser di pinggir jalan dalam rangka penggalangan dana oleh musikus setempat, yang suaranya aduhai, merdu, dan keren.
Saat bulan Ramadhan, misalnya, jika di daerah lain warga membangunkan sahur dengan memukul kentongan atau pengeras suara di masjid, di Maluku ada namanya dendang sahur.
Dendang sahur merupakan cara pemuda di Maluku membangunkan warga bersantap sahur dengan cara menyenangkan, berbekal peralatan musik yang terbilang lengkap.
Mereka membangunkan warga untuk sahur dengan riang gembira. Itulah yang membuat bahagia para ibu yang hendak memasak atau menghangatkan kembali lauk yang akan disantap pada sahur.
Alat musik yang digunakan pun tidak ala kadarnya. Satu keyboard, gitar, biola, gendang, kecrekan, speaker aktif, hingga mikropon.
Kemudian para pemuda yang berjumlah sekitar 10 sampai 15 orang itu pun memulai aksi membawakan beberapa lagu wajib.
Biasanya mereka akan singgah di beberapa titik perumahan. Setidaknya ada dua vokalis dengan suara dan teknik vokal yang oke.
Selebihnya pemuda lain akan menyanyi bersama sembari bergoyang sambil membentuk formasi lingkaran. Jangan salah, mereka sukarela dan tak tepat disebut mengamen.
Ada dua lagu wajib yang selalu mereka bawakan. Pertama Balada Nabi Yusuf yang dibawakan oleh Bimbo.
“Sebelas bintang Matahari dan rembulan malam bersujud kepadamu, Nabi Yusuf tiada mendendam walau dia disakiti Yusuf… Yusuf… Alaihi Salam Yusuf… Yusuf… Alaihi Salam Ya… bangun makan sahur sudah pukul tiga”
Lagu wajib berikutnya adalah Siti Aminah yang syair dan iramanya juga viral dan populer di telinga setiap Ramadhan.
“Siti siti Fatimah ya Allah binti ya Rasulullah Siti siti Fatimah ya Allah Zam zam di Baitullah. Dari tadi katong menyanyi ya Allah cukup sekian dan terima kasih, dari tadi katong menyanyi ya Allah cukup sekian dan terima kasih”.
Makanya tidaklah salah dan tak pernah sia-sia pula bila UNESCO menobatkan Ambon sebagai City of Music. Musik benar-benar menjadi bagian hidup warga kota ini, dalam situasi apa pun.
Untuk membangunkan warga sahur saja mereka berdendang. Ini jawaban mengapa dari Bumi Manise ini banyak terlahir talenta penyanyi berbakat hingga ke level nasional maupun internasional.
Dan lagi-lagi ini alasan mengapa Maluku menjadi provinsi dengan indeks kebahagiaan yang tinggi di Tanah Air.
Pada 2021 Badan Pusat Statistik menobatkan Maluku sebagai provinsi paling bahagia nomor tiga di Tanah Air.
Musik telah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat setempat. Di kafe-kafe, tempat nongkrong di pinggir jalan, angkot, hingga motor roda tiga pun dikasih pemutar musik.
10.000 pemain ukulele
Sejak 2020 Pemerintah Kota Ambon telah juga telah mewajibkan kurikulum muatan lokal berbasis musik di sekolah.
Artinya seluruh pelajar SD dan SMP di Ambon piawai bernyanyi dan bermain alat musik minimal ukulele.
Penjabat Wali Kota Ambon Bodewin Wattimena menargetkan minimal terdapat 10 ribu pemain ukulele.
Gubernur Maluku Murad Ismail juga menekankan alat musik ukulele merupakan identitas Ambon sebagai kota musik dunia harus disebarluaskan hingga ke pelosok desa-desa di Provinsi Maluku.
Muatan lokal dalam kurikulum sekolah tersebut adalah merupakan sarana menanamkan dan menumbuhkan keterampilan bermusik.
Apalagi musik juga menjadi bahasa universal yang dapat mempersatukan perbedaan.
Dengan demikian identitas Ambon sebagai kota musik tidak hanya simbol belaka, namun selalu dijiwai oleh setiap warganya.
Selain itu Komunitas Musik Ukulele di Maluku pada 2022 mencanangkan 4 September sebagai Hari Musik Ukulele.
Pencanangan Hari Ukulele di Maluku diharapkan memacu anak-anak mau melestarikan budaya sekaligus membangkitkan wisata musik khususnya ukulele.
Ke depan semua pemangku kepentingan terkait tak boleh terlena dan harus terus mengembangkan Ambon sebagai kota musik dunia.
Oleh karena itu, pemda perlu melakukan sejumlah terobosan mulai dari melanjutkan kurikulum muatan lokal musik hingga ke jenjang SMA dan harus terus membumikan musik ke seluruh pelosok agar lebih banyak lagi tampil penyanyi terbaik di kancah nasional.
Sebagai Kota Musik Dunia, Ambon memberi dampak kepada musikus dan mereka yang profesional di bidang musik sekaligus mampu mendorong ekonomi berkelanjutan.
Dan, di zaman serba-visual dan tanpa batas ini, musik makin menegaskan posisinya sebagai karya seni yang bisa disuguhkan oleh siapa saja dan kepada siapa saja.
Musikus hebat dari atau berdarah Ambon atau Maluku sudah membuktikan bahwa kiprah dan karya mereka bisa diterima oleh penikmat musik lintas daerah bahkan mancanegara.(DS)
Discussion about this post