Lensa Maluku, – Aksi demonstrasi yang digelar Forum Rete Mene Bara Sehe (FRMBS) di depan kantor Gubernur Maluku pada Kamis, 24 Juli 2025, patut dipertanyakan motif dan tujuannya.
Di tengah banyaknya persoalan substansial yang perlu perhatian publik, mereka justru mengangkat isu lama dengan semangat yang terlihat lebih penuh agenda ketimbang nurani.
Tuntutan agar Ruslan Arif Soamole ditetapkan sebagai tersangka karena dugaan pemalsuan dokumen koperasi terdengar seperti lagu lama yang diputar ulang dengan aransemen berbeda. Mereka pernah memainkan nada serupa saat menggempur Rusman melalui jalur koperasi Parusa Tabula. Kini, dengan nada yang sedikit dimodifikasi, mereka kembali mencari celah baru untuk mendiskreditkan.
Apakah ini bentuk “politik main-main”, atau sekadar “sandiwara jalanan” yang dibungkus dalam jargon keadilan? Sulit untuk tidak melihat bahwa aksi ini lebih seperti pentas protes bertabur motif pribadi, ketimbang gerakan moral.
Kalau sudah begini, publik bisa saja bertanya: setelah menyerang koperasi Parusa Tanila Baru, pemalsuan dokumen koperasi, setelah ini apalagi. Atau isu apa lagi yang akan mereka pentas-naratifkan?
Alih-alih menjadi forum yang menyuarakan kebenaran, FRMBS berisiko dikenal sebagai kelompok yang gemar berakrobat opini, mengusung “drama politik musiman” yang miskin data namun kaya tendensi.(Dani Selong)
Discussion about this post