Lensa Maluku, Namrole – Ketua PC NU Buru Selatan, Ir Sahroel A.E Pawa mengahadiri acara tujuh likur Ramadhan dan buka Puasa bersama di Desa Wamsisi Kecamatan Waisama Kabupaten Bursel, Kamis 30/5.Kehadiran Ketua PC NU yang juga mantan Sekda Bursel ini disambut oleh para imam Masjid, berbagai Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat dan Agama di Desa Wamsisi, Kecamatan Waesama.Disela – selah kunjungan sekaligus silaturahmi tersebut Pawa bersama Warga Desa menyaksikan acara panjat buah – buah istilah warga setempat serta pengantaran ketupat ke Masjid menyambut malam tujuh likur. acara tujuh likur Ramadhan dan buka Puasa bersama di Desa Wamsisi Kecamatan Waisama Kabupaten Bursel perebutan buah -buah oleh warga Desa Wamsisi menyambut malam Tujuh Likur.Ketua PC NU Bursel, Syahroel Pawa pada kesempatan itu mengungkapkan berbagai makna tersimpan dalam pelaksanaan acara tujuh likur Ramadhan di Desa Wamsisi, mulai dari pengantaran ketupat ke Masjid, acara buah – buah dan pembakaran damar tidak hanya sebatas acara seremonial belaka namun menyimpan sebuah kearifan lokal yang mempunyai nilai historis.Selain itu kata Pawa, Pembakaran damar di Masjid, dan sejumlah rumah Warga mengingatkan kita kepada kehidupan orang – orang terdahulu yang belum ada gengset dan PLN maupun minyak sebab masih memakai damar dan kayu untuk memasak.
” Bulan Ramadan akan segera berakhir, maka sebagai umat Islam hendaknya lebih meningkatkan ibadah kepada Allah SWT,” Tutur Pawa.Sebelumnya Kepala Desa Wamsisi, Abdul Haji Umamiti kepada media ini menjelaskan, terkait pengantaran ketupat di Masjid ini telah dilaksanakan sejak zaman dulu oleh masyarakat di Desa Wamsisi.Menurutnya, Tradisi ini dimaknai sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan suka cita menyambut Tujuh likurPengantaran Ketupat oleh Masyarakat sambut Malam Tujuh likur.”Dari sejumlah ketupat yang disedekahkan ke masjid oleh masing-masing keluarga nantinya akan di bagikan untuk imam dan penghulu masjid, fakir miskin dan anak yatim piatu,” Jelas Umamiti.Iya menambahkan dalam tatanan adat dan budaya, sedekah ketupat juga bagian dari menghitung penduduk secara tradisional yang dilaksanakan oleh pemerintahan desa untuk mengetahui jumlah jiwa laki dan perempuan di Desa tersebut sesuai jumlah ketupat yang masuk di masjid.Sementara Acara buah – buah ini merupakan salah satu tradisi yang diadakan menyambut malam Tujuh Likur. Acara tradisional ini sangat digemari masyarakat baik orang Tua dan anak muda sejak jaman dulu.”Penyajian Buah – buah tersebut berupa uang, snek pakaian anak, jilbab, ketupat dan berbagai macam hadiah menarik yang digantung ditiang bambu berbungkus anyaman daun sagu yang di sediakan dipetaran Masjid Desa Wamsisi akan di rebutkan oleh Warga” UngkapnyaAcara ini diakhiri dengan batal bersama Ketua NU Bursel, Danpos, Letda InF Slamet raharja dan Masyarakat Desa Wamsisi (LM 01)
Discussion about this post